Microsoft kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran terhadap sekitar 6.000 karyawan, atau sekitar 3% dari total tenaga kerja globalnya. Langkah ini mencerminkan pergeseran strategi perusahaan di tengah persaingan pasar teknologi yang semakin ketat dan percepatan adopsi kecerdasan buatan (AI).

Insinyur dan Manajer Proyek Jadi Korban Terbanyak

Berdasarkan dokumen internal yang ditinjau Bloomberg, sekitar 40% dari posisi yang dihapus di negara bagian Washington, markas besar Microsoft, berasal dari peran teknis seperti software engineer. Sementara itu, sekitar 30% lainnya adalah manajer produk dan manajer program teknis, menjadikan insinyur dan manajer proyek sebagai kelompok yang paling terdampak.

Microsoft CEO Satya Nadella menyebut bahwa hingga 30% kode pada beberapa proyek kini ditulis oleh AI, yang diduga menjadi faktor dalam pengurangan staf teknis ini.

Gabriela de Queiroz dan Dampak PHK di Tim AI

Salah satu yang terdampak adalah Gabriela de Queiroz, Direktur AI untuk Microsoft for Startups, yang menyebut keputusan ini sebagai “pahit-manis.” Ia tetap optimis dan menyampaikan dukungan kepada para rekan yang terdampak, menunjukkan sisi humanis dalam masa sulit ini.

Pertanyaan Tentang Efek Otomatisasi dan AI

Microsoft PHK Massal: Insinyur & Manajer Media: pexels.com

Microsoft menyatakan PHK bertujuan menyederhanakan lapisan manajemen, namun hanya 17% posisi yang dihapus adalah jabatan manajerial. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah otomatisasi AI mulai menggeser kebutuhan terhadap tenaga manusia di sektor teknis, ataukah ini strategi efisiensi jangka pendek di tengah tekanan pasar.

Peran Non-Teknis Masih Aman?

Sebagian besar karyawan di bagian penjualan dan pemasaran yang berhadapan langsung dengan pelanggan dilaporkan tidak terlalu terdampak. Ini menunjukkan bahwa peran yang menghasilkan pendapatan langsung dan menjaga hubungan pelanggan masih menjadi prioritas.

Microsoft belum mengumumkan rencana PHK lanjutan, tetapi langkah ini menunjukkan bagaimana investasi besar dalam AI dapat mengubah komposisi tenaga kerja, bahkan di perusahaan teknologi terbesar sekalipun.

Referensi