Pada tahun 2025, Colossal Biosciences, sebuah perusahaan bioteknologi yang terkenal dengan proyek de-extinction-nya, mengklaim telah berhasil membawa kembali salah satu hewan prasejarah yang paling ikonik: direwolf. Dengan menggunakan teknologi genetika mutakhir, termasuk teknik pengeditan gen CRISPR dan kloning, mereka berharap dapat menghidupkan kembali spesies yang telah punah ini dan memperkenalkan mereka kembali ke dunia modern. Ini adalah bagian dari upaya ambisius mereka untuk menghidupkan kembali spesies yang telah lama hilang dan membawa mereka kembali ke alam semesta yang semakin terancam oleh perubahan iklim dan hilangnya biodiversitas.

Direwolf, yang pernah menjadi predator dominan di Amerika Utara selama zaman Pleistosen, diperkirakan punah sekitar 10.000 tahun yang lalu. Mereka berperan penting dalam rantai makanan sebagai predator tingkat atas, memburu herbivora besar seperti mammoth dan bison. Direwolf dipercaya merupakan salah satu predator dominan di Amerika Utara pada masa itu. Walaupun proyek ini masih dalam tahap awal, langkah tersebut dianggap sebagai tonggak penting dalam upaya untuk menghidupkan kembali spesies yang telah hilang dan memperkenalkan mereka kembali ke ekosistem yang pernah mereka huni, sehingga mungkin membantu pemulihan keseimbangan ekologis yang telah lama hilang.

“Tribal cultures have always placed tremendous value on how the past has shaped the present. The natural world, both plants and animals, have held cultural significance and heritage to tribes across the globe since the beginning of time… With Colossal, we now have the opportunity to bring conservation to the future by reaching into the past and marrying the worlds of conservation and cultural significance together through the de-extinction of species.” ~ Mark Fox, Chairman, Colossal Biosciences

Terjemahan dari Kutipan:

“Budaya suku selalu memberikan nilai yang sangat besar terhadap bagaimana masa lalu membentuk masa kini. Dunia alam, baik tumbuhan maupun hewan, telah memegang signifikansi budaya dan warisan bagi suku-suku di seluruh dunia sejak awal zaman… Dengan Colossal, sekarang kita memiliki kesempatan untuk membawa konservasi ke masa depan dengan meraih masa lalu dan menggabungkan dunia konservasi dan signifikansi budaya melalui de-ekstinksi spesies.” – Mark Fox, Ketua, Colossal Biosciences

Teknologi Canggih di Balik Keberhasilan Ini

Proyek ambisius ini didukung oleh kemajuan besar dalam teknologi pengeditan gen dan kloning. Tim ilmuwan Colossal Biosciences berhasil mendapatkan DNA direwolf dari fosil-fosil yang diawetkan, yang kemudian dimodifikasi menggunakan CRISPR untuk mengatasi perbedaan genetik antara direwolf dan serigala modern. Dengan menggunakan teknik ini, mereka berhasil menciptakan embrio yang akan dikloning untuk menghasilkan individu baru. Teknik pengeditan gen ini, yang memungkinkan ilmuwan untuk memodifikasi genetik organisme dengan presisi yang luar biasa, membuka peluang besar untuk memanipulasi dan memperbaiki keturunan yang telah hilang dari sejarah alam.

Selain itu, proses kloning dilakukan dengan menempatkan embrio yang telah dimodifikasi ke dalam rahim serigala modern sebagai induk pengganti. Keberhasilan teknik ini dapat membuka jalan bagi proyek de-extinction lainnya, tidak hanya untuk direwolf, tetapi juga untuk spesies langka atau bahkan punah lainnya.

Dampak Potensial bagi Ekosistem

Meskipun membawa kembali direwolf mungkin terdengar seperti fiksi ilmiah, para ilmuwan di Colossal Biosciences percaya bahwa hal ini dapat memiliki manfaat besar bagi keseimbangan ekologis. Direwolf dipercaya memiliki peran penting dalam pengendalian populasi herbivora besar di zaman prasejarah, dan pengembalian mereka dapat membantu mengembalikan keseimbangan alam yang hilang setelah kepunahan spesies tersebut. Sebagai predator puncak, direwolf mengatur rantai makanan dengan cara yang mencegah populasi herbivora tumbuh tidak terkendali, yang pada gilirannya mencegah kerusakan pada vegetasi yang menjadi dasar dari ekosistem.

Dengan memperkenalkan kembali predator besar ini, Colossal Biosciences berharap dapat memperbaiki beberapa kerusakan yang telah terjadi akibat kepunahan mereka, memberikan peluang bagi spesies lain untuk berkembang, serta mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebijakan manusia yang merusak ekosistem alami.

Referensi